Add caption |
Apes banget nasib Kamsidi, 35, dari Lampung ini. Bekerja di pabrik gula, api nasibnya tak selalu manis. Bayangkan, ditinggal menunggui kebun tebu, eh di rumah istrinya, Watini, 28, malah “disesep-sesep” teman sendiri, persis batang tebu yang dicolong anak-anak. Ya Tuhaaaaan!
Teman dalam suka begitu banyak, teman dalam duka bisa dihitung dengn jari, itulah dinamika kehidupan. Tapi paling jahat dalam dunia pertemanan adalah, jika si teman malah “bersuka-suka” dengan istri kita. Betapa sakitnya rasa dan jiwa ini, manakala suami bekerja membanting tulang, istri di rumah malah “banting-bantingan” di kamar bersama sang teman. Lalu di mana makna persahabatan itu, jika istri malah menjadi wahana mencari kenikmatan?
Ini bukan isapan jempol, tapi sungguh dialami oleh Kamsidi, yang bekerja di sebuah pabrik gula di Tulangbawang, Lampung Timur. Dia bersahabat dengan Nurba’in, 36, tapi lelaki ini malah menodai nilai persahabatan itu sendiri. Ketika Kamsidi sedang bekerja mengawasi kebun tebu di tengah malam, di rumah si Nurba’in malah menyelinap di balik kain. Kain siapa? Ya kain Watini, istri Kamsidi. Mau cara apa dia di situ, ya mana penulis tahu!
Ketika kecil, Nurba’in – Kamsidi memang sekampung. Mereka teman main yang akrab, tapi kan bukan berarti kemudian boleh “main-main” dengan istrinya. Memang Kamsidi wataknya begitu longgar, dia memberi kebebasan mana kala sahabat lama itu main ke rumahnya. Apa saja yang di rumah boleh ikut makai. Dari sepeda motor, sampai handuk untuk mandi. Yang tak boleh hanyalah dua macam, yakni: pakai sikat gigi miliknya, dan tentu saja……memakai istrinya!
Apesnya, Nurba’in tak bisa menghargai nilai persahabatan yang dibangun lelaki dari Perumahan Ganesha, Batanghari, Lampung Timur, ini. Diam-diam dia malah mengincar Watini, istri Kamsidi yang memang lumayan sekel nan cemekel tersebut. Makin celaka lagi, aspirasi urusan bawah Nurba’in mendapat respon positip dari tuan rumah. Walhasil mana kala Kamsidi sedang tugas jaga kebun tebu di Tulangbawang, dia malah berani berlama-lama di rumahnya. Komplitlah jadinya pelayanan untuk Nurba’n. Ya numpang makan, ya “numpangi” istri Kamsidi.
Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan bagi warga segenap kampung. Enak buat Nurba’in, sangat menyesakkan dada bagi pengurus RT berikut jajarannya. Tapi untuk bertindak drastis, warga masih mencoba menahan diri, sebab belum memiliki data otentik. Dengan demikian selama ini mereka baru sekadar mengamati, sampai di mana sepak terjang Nurba’in atas diri Watini. Jika ada dugaan “hil-hil yang mustahal” itu semua baru sebatas wacana. Sedangkan kata Gus Dur saat jadi presiden dulu, bila hanya wacana dijamin takkan ditangkap.
Selama ini kunjungan Nurba’in atas istri Kamsidi hanya 4-5 jam saja dalam sehari. Tapi belakangan, kok sudah mulai berani menginap, lalu pagi harinya pulang dengan wajah sumringah. Penduduk pun semakin curiga, pastilah semalam dia dapat pelayanan “sporing balansing” dan “tune up” ibaratnya mobil di bengkel. “Kasihan banget Kamsidi. Di Tulangbawang dia jaga kebun tebu, di rumah bininya “disesep-sesep” bak batang tebu,” kata penduduk menduga-duga.
Akhirnya, ketika beberapa hari lalu kembali menginap, dan lampu depan dimatikan begitu Nurba’in masuk, penduduk pun menggerebeknya. Di dalam ditemukan Nurba’in Cuma koloran doang, seperti habis ngapain gitu. Dia pun diseret ke rumah Pak RT dan diinterogasi. Tapi dia bersikeras tak mau mengaku bahwa telah “nyesep-nyesep” bini Kamsidi. Dia hanya mengaku bahwa sudah bersahabat dengan Kamsidi sedari kecil. Karenanya, setiap numpang tidur di rumah Watini, ya murni numpang makan dan tidur saja, tak ada yang lain-lain.