Perawan atau gadis adalah sebutan untuk seseorang perempuan dewasa yang belum mempunyai suami. Istilah yang lain, seorang perawan adalah seorang wanita yang belum melakukan hubungan seksual atau senggama. Secara fisik perawan ditandai dengan utuhnya selaput dara. Secara Islam keperawanan bukan sekadar masih utuhnya selaput dara di vagina, namun juga belum pernah melakukan aktivitas seksual.
Seirama dengan hal tersebut pakar seksologi dr Iwan Setiawan memberikan
tiga sudut pandang dalam pemaknaan perawan. Pertama, seseorang disebut
perawan dalam kacamata Islam ialah seseorang yang belum melakukan
persentuhan dengan lelaki bukan mahrom, baik ciuman, pelukan atau
sekedar berpegangan tangan, karena di Islam sendiri ada istilah zina
tangan, zina mata, zina hati juga. Kedua, dari sudut pandang psikologi
seorang perempuan disebut tidak lagi perawan jika sudah merelakan
dirinya, hal ini tidak jauh berbeda dengan batasan dalam Islam. Ketiga
dari medis, seseorang tidak perawan manakala selaput daranya sudah tidak
utuh, baik karena memang sudah melakukan hubungan seksual atau pun
sobek karena terjatuh atau hal-hal lainnya.
Namun demikian, di masyarakat pemaknaan
“sudah tidak perawan” dipukul rata sebagai seseorang yang sudah
melakukan hubungan intim. Bahkan dalam perkembangannya, bentuk fisik
seorang perempuan dijadikan penanda masih tidaknya keperawanannya.
Pandangan umum di masyarakat seorang
perempuan yang pantatnya turun, payudaranya kedor, atau jalannya lurus
dianggap sudah tidak perawan lagi.
Selain dari bentuk fisik, anggapan lain
tentang keperawanan juga terlihat manakala malam pertama. Sebagian
orang beranggapan bahwa jika perempuan mengeluarkan darah saat malam
pertama berarti pasangannya masih perawan.
Namun persepsi yang telah merebak di
masyarakat tidak sejalan dengan medis. Dokter Iwan yang juga sering
memberikan konsultasi pada pasangan rumah angga menuturkan, pendarahan
yang terjadi saat malam pertama disebabkan adanya selaput dara yang
koyak atau pecah. Sementara kondisi selaput dara setiap orang
berbeda-beda, ada yang mengandung pembuluh darah yang cukup banyak, yang
memungkinkan terjadinya pendarahan saat selaput dara terkoyak.
Dan yang tidak mengandung pembuluh
darah. sehingga pada saat selaput dara terkoyak tidak terjadi
pendarahan. Selain itu tidak terjadi pendarahan juga mungkin disebabkan
pernah terjatuh yang berakibat sobeknya selaput dara dan hal tersebut
sering terjadi sewaktu masih kecil. ”Tidak semua perempuan pada malam
pertama mengeluarkan darah keperawanan,” tukasnya
Sebagaimana anggapan terjadinya
pendarahan saat malam pertama sebagai tolok ukur keperawanan, bentuk
fisik yang dijadikan simbol keperawanan, juga sangat disayangkan Iwan.
Karena anggapan-anggapan tersebut tidak lain hanyalah mitos belaka
karena memang tidak bisa diuji secara ilmiah.
Mitos
Lebih lanjut beliau memaparkan persepsi
terkait mitos. Mitos sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang berasal
dari budaya-budaya di lingkungan dimana pemahaman tersebut sebenarnya
keliru tetapi karena dipercaya oleh sebagian masyarakat sehingga menjadi
seolah-olah benar, begitu juga dengan mitos keperawanan.
Terkait dengan perubahan bentuk pantat
yang turun, secara medis berlaku ketika seseorang sudah hamil dan
melahirkan. Itu pun tidak seluruhnya, karena di jaman sekarang ini
perawatan pascamelahirkan sudah sangat maju. Sehingga perubahan bentuk
tubuh pasca melahirkan bisa diminimalkan.
Sedangkan jika masih remaja bentuk
payudara yang kendor, pantat yang turun dan jalan yang lurus bisa
disebabkan genetika atau pun kebiasaan buruk.
Iwan menjelaskan payudara yang kendor
bisa karena seringnya dirangsang, hal ini dapat dilihat sebagaimana
payudara wanita tuna susila, yang keseharian tentu saja selalu
dirangsang, bentuk payudara mereka tidak bagus.
Bentuk payudara wanita tuna susila yang
tidak bagus inilah yang dijadikan salah satu dasar persepsi bahwa jika
bentuk payudara seorang perempuan kendor, ia sudah tidak perawan. Dan
tentu saja persepsi tersebut merugikan perempuan.
Dalam medis, anggapan tersebut tidak
tepat, karena payudara yang kendor juga bisa dipengaruhi posisi tidur
atau bahkan dikarenakan penggunaan bra yang kurang benar. Bentuk
payudara bisa bagus manakala penggunaan bra disesuiakan dengan
aktivitas-pada saat olahraga ataukah saat santai.
Medis
Secara medis keperawanan seseorang hanya dapat dilihat dengan visum et repertum. Visum et repertum
yang biasa disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh
dokter mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup
ataupun mati, bagian tubuh manusia ataupun yang diduga bagian tubuh
manusia. Jenis VeR, pada umumnya ialah perlukaan (keracunan), kejahatan
susila, jenazah, psikiatrik.
Jenis VeR kejahatan susila inilah yang
termasuk didalamnya akan ada pemeriksaan alat kelamin. Namun demikian
VeR tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada beberapa prosedur
termasuk surat keterangn dari kepolisian.