mutiara cinta

Kecantikan tidak pernah jadi setandar kebahagiaan.

Yang terbaik tidak bakal kamu raih kalau hanya dipandang dari kaca mata nafsu.

Yang dipilih kecantikan hati, bukan kecantikan fisik. Inner beauty yang justru bakal menjanjikan cinta abadi, sedangkan fisik yang bersifat fana dan akan binasa.

Energi cinta sangatlah kuat. Kesalahan memanfaatkan energi cinta justru akan mengundang sengsara dan kesalahan selanjutnya. Cinta memang ajaib dan selalu melahirkan keajaiban.


Cinta tidak akan pernah bisa diukur dengan kacamata untung rugi. Karena saat cinta dilihat dalam untung dan rugi, maka itu bukanlah cinta, namun hanya perdagangan semata.

Dalam kamus cinta tidak ada kata menyerah, pejuang cinta tetap maju terus pantang mundur, saat dimana rasa iba dan sayang mampu menundukkan akal dan pikiran.



Cemburu adalah perasaan kurang senang melihat orang lain beruntung, rasa kurang percaya, atau curiga yang muncul dari iri hati.

Wanita sanggup hidup dengan banyak kekurangan, tetapi wanita tak kuasa hidup tanpa cinta. Lantas, apa yang diharapkan dari cinta? Tidak ada apa-apa, kecuali kebahagiaan yang abadi.


Wanita sanggup hidup serba kekurangan, tapi mereka tidak sanggup hidup dalam kemiskinan cinta.

Nikmat kebahagiaan itu bukan materi, bukan fisik tetapi esensi cinta dengan rasa syukur dan mendalam.

Mudah melupakan seribu kesalahan, tapi sulit memaafkan satu penghianatan cinta.

Cinta itu menghormati, memelihara dan menjaga.


Lelaki hebat tidak selalu mengejar kecantikan rupa. Ketinggian intelegasi dan keluhuran cita-cita perjuangan membuat para pengubah sejarah lebih memilih pasangan hidup yang berkepribadian matang. Perempuan itu yang mampu berperan sebagai penyeimbang gerak kehidupan - poztmo.com.

Cemburu merupakan gejala kejiwaan, gambaran kuatnya kadar cinta seseorang pada yang dikasihinya.

Wanita yang emosional gejala kecemburuannya lebih menonjol daripada wanita rasional.

Kebahagiaan merupakan hasil ramuan ajaib dari cara menangani permasalahan.

Sabar adalah obat mujarab untuk rasa cemburu.

Cinta mengajarkan kejujuran, termasuk terhadap kesalahan.

Cinta itu menerangi, menunjuki, dan menyelamatkan. Maka cinta tidak harus diartikan, tetapi untuk dirasakan dan disyukuri.